WWW.MANDIRIQQ.COM HADIR DENGAN 5 BANK, BCA, MANDIRI, BNI, BRI, DANAMON

Pages

Friday, September 23, 2016

MANDIRIQQ - MENDAPATKAN KEPERAWANAN PACAR SENDIRI

MENDAPATKAN KEPERAWANAN PACAR SENDIRI


Aku berpacaran dengan seorang gadis keturunan Jepang, sebut saja namanya Agustina. Ayahnya seorang Jepang yang telah menjadi WNI, sedangkan ibunya orang Indonesia asli keturunan Dayak. Jadi bisa dibayangkan anaknya berkulit putih mulus (kalau orang bilang kopi masuk tenggorokannya akan kelihatan).

MENDAPATKAN KEPERAWANAN PACAR SENDIRI


Awal mula pertemuanku, pada sebuah pesta valentine yang akhirnya berlanjut sampai sekitar enam tahun. Memang pacaran merupakan awal bagi kami berdua. Maka aku mencoba untuk mempelajari arti pacaran bersamanya. Mungkin malam itu merupakan malam pertama bagi kami mencoba suatu yang baru dalam berpacaran. Di sebuah gedung bioskop aku dan dia bercumbu saling berciuman “hot” sekali sampai-sampai kami tidak tahu apa film yang kami tonton.

Kucium bibirnya sambil tanganku bermain di payudaranya. Kutekan ke dalam puting susunya, ia pun mendesah “Aahh…” aku tak mengerti rasa apa yangsedang dialaminya. Tanganku terus aktif menelusuri kedua bukit kembarnya sambil terus mendengar desahan mesra yang keluar dari mulutnya. Pasangan di sebelahku tampaknya ikut memperhatikan tapi kubiarkan mungkin mereka ingin merasakannya juga.

Tanganku terus merayap membuka kancing celana jeans-nya dan menarik retsleting dan terus masuk ke dalam CD-nya sampai mendapatkan bukit berbulu halus. Kuusap-usap bukit itu dan jariku mulai mencari liang kemaluan yangtelah mulai basah keenakan. Jariku mulai memasuki lubang kemaluan itu dan terus bermain masuk-keluar, mulut mungilnya terus mendesah dan badannya sedikit mengejang.

Kurasakan bertambah basah kemaluannya, ternyata dia orgasme lagi. Kuambil tangan kanannya, kuantar ke kemaluanku, Agustina seakan mengerti dan membuka kancing dan menarik retsleting celanaku. Ditangkapnya batang kemaluanku yang sudah mulai menegang dipermainkannya, aku cuma berbisik, “Kocok dong!” Ia pun mengerti, tangannya mulai bermain ke atas dan ke bawah membuatku keenakan.

Mungkin ia melihat mataku terpejam keenakan. Agustina terus mempermainkannya dengan tempo yang bertambah cepat, aku cuma bisa mendesah “Terus Agustina, enak.” Semakin cepat tempo yang dilakukan,semakin berdesir darahku. Tangan Agustina membuka lebih lebar retsletingku agar lebih leluasa tangannya bermain di kemaluanku.

Permainan dimulai lagi perlahan dan lama kelamaan semakin cepat. “Jim kenapa? Enak ya.” Aku cuma tersenyum sambil mengangguk. “Aah.. ahhh sedikit lagi nich terus… ach.. ach… achhh…” keluar sudah air maniku, aku segera menciumnya dengan penuh nafsu. Agustina berkata, “Ih kok elo kencing sih… tangan gua basah nich.”

Aku segera berbisik menjelaskan apa yang terjadi, kulihat dia mengerti dan segera berbisik lagi, “Ada tissue nggak?” Ia pun segera mengambil tissue dan mulai mengelap kemaluanku yang telah basah tadi. Aku cuma berbisik, “Makasih ya, enak loh, belajar dimana?” Agustina tersenyum dan berbisik, “Loh kan elo yang ngajarin.” “Iya bener,” jawabku sambil tersenyum.

Film pun berakhir, kami pulang ke rumahnya dan pucuk di cinta ulam tiba, ayahnya belumlah sampai di rumah, kedua adiknya tidak pulang karena harus menginap di rumah saudaranya. Aku pun tidak mau merugi. Kumanfaatkan kesempatan, “Mau yang lebih enak nggak?” kutarik tangan Agustina dan mulai kukulum bibir mungilnya.

Tanganku pun mulai aktif bermain di kedua bukit kembarnya. Kutekan ke dalam puting susunya ia pun mendesah “Ach…” entahmengapa semakin aku mendengar desahan Agustina semakin ganas mulutku bermain. Kujilati seluruh leher dari mulai tengkuk sampai ke lehernya, desahan Agustina pun semakin merangsangku. Sesekali kukulum bibir mungil Agustina. Ia pun sudah mulai mengerti dengan membalas kulumanku.




Kujulurkan lidahku ke mulut Agustina dan memancing agar lidahnya juga terjulur. Aku pun mengajarkan secara tidak sengaja “French Kiss” yang menurut sementara orang merupakan cara berciuman yang paling nikmat. Tanganku semakin aktif kubuka baju Agustina sampai terlihat kedua bukit kembar menantang ditutupi BH warna pink.

Kutarik tangan Agustina ke arah kemaluanku. Kubuka BH penghalang itu dan lidahku mulai bermain, kujilati kedua puting susu kemerahan itu bergantian. Semakin kujilati dengan mesra semakin nikmat yang Agustina rasakan. Sesekali kupandang mata Agustina yang terpejam merasakan nikmatnya. Sesekali kusedot dan “Ach… Jim terusss… Jim, enak bener… achh.. achhh Jim enakkk… terusss.”

Kata-kata itu terus keluar dari mulut Agustina yang mungil. Lidahku semakin lincah mendengar suara desahan itu. Kujilati terus seluruh bukit kembar itu dan terkadang leher jenjang Agustina sampai ia merasakan nikmatnya permainan ini dan akhirnya, “Aachhh…”tubuh mungil itu menggelinjang. Aku segera mengerti bahwa Agustina telah orgasme untuk yang pertama.

Tangan Agustina sudah semakin mengerti, dibukanya kancing dan restletingku, dipegangnya batang pusaka itu dan dimainkannya naik turun. Perlahan tapi pasti dan dengan tempo yang semakin cepat. “Achhh…” kurasakan semakin nikmat. Ternyata memang tak percuma pengalaman di bioskop tadi yang kuajarkan. Darahku semakin berdesir, rasa nikmat tiada duanya kudapat. Segera kutundukkan kepala Agustina sambil kubisikkan,

“Isep dong!” Agustina pun mengangguk dan mulut mungil itu telah bermain dengan kemaluanku. Dijilatinya dari kepala sampai batang dan sesekali dimasukkannya batang itu ke mulutnya sambil kurasakan hisapan hangatnya. Tangan Agustina pun tak berhenti bergerak naik turun. Sesekali dihisapnya ujung kemaluanku, kulihat pipinya menggembung akibat mulutnya kemasukkan batang wasiat peninggalan nenek moyang.

“Achhh…” keluar desahan dari mulutku. Semakin nikmat kurasakan, aku pun segera menarik Agustina, kubuka celana jeans-nya dan kuarahkan lidahku kekemaluannya yang sudah membasah. Kujilati terus lubang kemerahan itu dan sampai ke klitoris merah yang menantang. Kujilati terus dengan perlahan tapi pasti.

Terus kupandangi wajah Agustina yang terpejam kenikmatan. Tangan Agustina sesekali memegangi kepalaku menahan nikmat yang kuberikan. Kupandangi lubang kenikmatan itu. Jari-jari nakalku mulai bermain. Kumasukkan jari telunjukku ke dalam kemaluan Agustina. Kupermainkan kemaluan itu dengan jariku, keluar-masuk. Terus kulakukan sambil sesekali menambah tempo lebih cepat. Agustina pun menggelinjang,

“Achh… achh… achhh…” Keluarlah air kenikmatan membasahi kemaluan Agustina. Kulihat Agustina terkulai kenikmatan, kutarik badannya dan kutempatkan di sofa single dengan posisi menantang menghadapku. Kuarahkan batang kemaluanku ke lubang kemaluan Agustina sambil kuangkat kedua kaki indah itu di atas pundakku. Kuangkat sedikit pantat indah itu agar semakin mudah batangku mengarah.

“Echh.. echhh… blessss…” akhirnya berhasil juga batang wasiat itu masuk, terus kugerakkan keluar masuk. Kulihat Agustina terbujur sambil matanya yang terpejam merasakan nikmatnya suasana. “Terus… terus… Jim, perlahan-lahan biar nikmat.” Aku terus tanpa peduli memacu kemaluanku sampai akhirnya… “Achhh….” keluarlah air mani dari kemaluanku dan Agustina pun menggelinjang menahan air nikmat yang keluar dari kemaluannya.

Kami terkulai lemas, kulihat Agustina tersenyum sambil berbisik, “Mau lagi dong!” Aku pun semakin tertantang, kutarik kepala Agustina dan sedikit kutundukkan, Agustina pun mengerti. Segera mulut mungil itu bermain di kemaluanku menjilati sampai bersih air maniku. Setelah bersih, kembali mulut mungil itu bermaindengan tongkat wasiatku.

Batang kemaluanku masuk ke dalam mulutnya dan tangan kanannya bermain naik turun. Batang kemaluanku pun yang telah kuncup kembali menegang, darahku kembali berdesir. Nikmat yang kurasakan terasa lebih nikmat. Aku tak kuasa berkata-kata cuma desahan dan nikmat yang luar biasa yang bisa kurasakan.

Setelah tak tahan merasakan nikmat yang luar biasa, aku pun berbalik menarik Agustina untuk membangkitkan lagi rangsangan untuknya. Kujilati Kedua payudara menantang dan terus lidahku bermain sampai mengarah ke lubang kemaluan Agustina. Kujilati habis bagai anjing yang kehausan, terus kujilati sambil sesekali melirik Agustina yang semakin teransang kenikmatan.

Kubuk alebar kedua paha Agustina sehingga terlihat lubang menganga yang menunggu kedatangan batang wasiatku. Kujilati klitoris kemerahan dengan perlahan tapi pasti, “Achhh…” Agustina kembali mencapai orgasme. Melihat Agustina terkulai lemas kuangkat badannya sehingga menghadap membelakangiku.

Kuangkat sedikit pantat Agustina sehingga membuat posisi menungging atau kalau orang barat bilang “doggy style”. Kuarahkan batang kemaluanku, tetapi terasa sulit sekali untuk masuk. Terus aku berusaha sampai akhirnya kubuka sedikit kedua paha Agustina. Kuhujam batang kemaluanku dan akhirnya dengan sedikit usaha masuk kembali batang itu ke kemaluan Agustina.

Tanganku berpegang pada kedua pinggul Agustina dan perlahan tapi pasti kupacu batang kemaluanku keluar dan masuk lubang kemaluan Agustina. Agak seret memang posisi ini dibanding posisi sebelumnya, sehingga agak sulit bagiku untuk menambah tempo, tapi aku terus berusaha menambah tempo.

Semakin cepat dan semakin cepat, “Jim pelan-pelan, sakit,” tiba-tiba kata-kata itu keluar dari mulut Agustina. Sebentar kupandang wajah Agustina yang meringis kesakitan, “Tapi enak kan?” Kulihat Agustina mengangguk, maka semakin tidak pedulilah aku terus memacu gerakan keluar masukku.

Terus kupacu sampai sekitar 15 menit kurasakan cairan hangat mulai membasahi kemaluanku. Agustina mulai terkulai lemas, tanpapeduli terus kupacu batang kemaluanku untuk terus mencapai klimaks. Memang terasa lebih lama permainan yang sekarang dibanding permainan tadi, terus kupacu sampai akhirnya kurasakan sesuatu akan melesak keluar dari kemaluanku.

Kucabut keluar batang kemaluanku dan kubalikkan badan Agustina yang sudah terkulai lemas. Kukocok sendiri batang kemaluanku dengan tempo tinggi sampai akhirnya “Achhh… ssshhh…” keluar air maniku dan kuarahkan ke payudara Agustina. Aku pun terkulai lemas dan kubisikkan Agustina agar mengusap air maniku ke seluruh permukaan payudaranya.

“Biar lebih kenceng,” kataku. Agustina cuma diam dan melakukan apa yang kuinginkan. Setelah selesai, “Masih mau yang lebih enak lagi?” tanyaku. “Iya dong,” jawab Agustina sambil terkulai lemas. Aku cuma mengangguk sambil mengingatkan bahwa ayahnya sebentar lagi pulang. Kami segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Betul saja tak lama kemudian terdengar suara klakson mobil, aku segera keluar membukakan pintu garasi. “Selamat malam Om,” sapaku. Ayah Agustina hanya tersenyum dan masuk ke rumah. Setelah bercanda sebentar aku pun pamit pulang.

Kubisikkan, “Nanti gua ajarin lagi yang lebih enak.” Agustina cuma tersenyum dan mengangguk tanda setuju. Aku pun segera pulang dengan hati senang.

Newer Post Older Post Home

0 comments:

Post a Comment